Sunday 19 April 2015

Diundang makan di apartemen Heidi

Adalah suatu kehormatan buat aku bisa diundang berkunjung ke rumah Heidi. Dia adalah teman seruanganku dulu saat aku masih berkantor di lantai 5. Dia saat itu menjadi research assistant Prof. Wender untuk proyek survey ayamnya. Heidi berusia 3 tahun lebih tua dari aku, memiliki seorang anak laki-laki ganteng berusia hampir 7 tahun buah cintanya dengan pemuda dari India. Heidi sendiri berkebangsaan Finlandia. Dia memiliki rambut pirang yang sangat cerah, yang membuat rambutnya memantulkan warna oranye saat dia memakai jaket oranye saat kita latihan kebakaran. Awalnya aku pikir orang sini cuek-cuek. Punya teman dekat orang Eropa seperti dulu ketika Master rasanya tidak mudah karena kehidupan PhD ini sangat individualis dan aku bukan lagi tipe orang yang suka nongkrong. Satu-satunya kesempatan untuk bisa ngobrol adalah saat makan siang. Itulah mengapa aku selalu makan siang bareng di Lunch room daripada ke kantin. Dari obrolan makan siang itulah akhirnya kami merasa dekat dan Heidi mengundangku untuk datang berkunjung ke apartemennya.

Hari Minggu aku berkunjung ke apartmennya dengan membawa pisang goreng. Aku benar-benar bingung harus membawa apa. Akhirnya yang mudah saja aku bawa pisang goreng. Itupun pisang gorengnya tidak sesuai dengan yang aku harapkan karena salah menggunakan jenis pisang. Pelajarannya adalah pisang jenis ambon atau sunpride tidak cocok untuk digoreng! Harusnya aku beli plaintain alias pisang tanduk di toko Asia. Tapi Heidi suka-suka aja soalnya gak tahu harusnya gimana. Hahahaha..

Tiba di apartemen Heidi, aku telpon dia. Dia menjemput aku di depan pintu. Apartemen Heidi ada di lantai 8. Apartemen itu terdiri dari ruang tamu, satu kamar dia yang menjadi satu dengan kamar anaknya, dapur kecil dengan meja makan kecil, dan toilet kecil. Apartemen ini merupakan apartemen bersubsidi dari pemerintah Denmark, jadi Heidi hanya membayar sekitar 5000 per bulan (kalau tidak salah) untuk apartemen itu.

Saat itu Heidi belum sempat memasak. Jadi dia masak sambal ngobrol panjang dengan aku. Hari ini dia masak Lasagna dengan daging tiruan dari protein kedelai dan Finnish blueberry pie. Sambil ngobrol, aku memperhatikan apa saja yang dia gunakan untuk membuat Lasagna. Berikut adalah resepnya.

Lasagna
Isolat protein direndam air sesuai petunjuk kemasan, lalu ditiriskan
Tumis bawang putih cincang dan bawang bombay yang dicindcanng kasar. Harum, masukkan pasta tomat, potongan tomat, zuccini yang sudah dipotong dadu, wortel yang dipotong dadu, jamur dan daging tiruan. Masak sampai sayur setengah matang.
Saus keju: Lelehkan mentega, tumis bawang putih. Masukkan susu cair, tambahkan 1-2 sdm tepung terigu, aduk dengan pengocok telur, jika sudha mengental, masukkan keju parut.
Tata lasagna di loyang atau pinggan tahan panas, tuang sebagian campuran sayur dan daging, tuang saus keju, lapisi dengan lasagna, atur sedemikian rupa hingga berlapis lapis. Terakhir taburi keju parut.
Panggang di oven 180 C selama 30-40 menit.


Sambil menunggu lasagna matang, kita ngobrol banyak. Dia menunjukkan fasilitas-fasilitas umum yang ada di gedung tersebut. Di lantai paling atas, ada ruangan untuk bermain anak-anak yang dilengkapi dengan home theather, bar kecil serta ruang rapat (RT) untuk para orang tua. Permainan anak-anaknya lumayan lengkap. Terlihat tidak begitu bersih karena memang banyak sekali yang menggunakannya. Di sebelah ruangan itu, ada ruang belajar untuk orang yang ingin konsentrasi belajar, sementara di rumah mereka terlalu ribut atau kurang kondusif untuk belajar. Di sebelahnya ada juga kamar umum yang diperuntukkan bagi relasi orang yang tinggal di gedung itu menginap sementara beberapa hari. Namun tentu saja harus dibooking jauh hari dan kebersihan menjadi tanggung jawab yang memakainya. Setelah menunjukkan ruangan-ruangan tersebut dan sedikit menikmati pemandangan Carlsberg dan stasiun kereta dari atas, kami kembali ke apartemen untuk makan sore. 
Carlsberg dari belakang

Stasiun kereta dari atas

Ruang belajar

Selesai makan, dia membuat blueberry pie. Tak lupa aku meminta resep untuk Finnish blueberry pienya. Menurut dia, blueberry pie ini sangat khas Finlandia, apalagi jika menggunakan blueberry liar dari hutan. Resepnya pun masih original dari neneknya.  Berikut resepnya.

Finnish blueberry pie
1dl sugar
2 dl flour
1 dl (100g) melted butter
1 teaspoon baking powder
Mix sugar, flour, and baking powder. Add melted butter and mix. Take 1 dl of dough mix to aside.
Add following ingredients to the rest of the mix:
1 egg
1 teaspoon vanilla
½ dl milk
Pour dough min into a pie tray. Sprinkle blueberries* and if you want some sugar. Sprinkle the dough mix (1 dl) that you had put aside on top of the pie. Bake ca. 20-30 min at 200oC.
*I prefer forest blueberries, which are smaller and tastier than garden blueberries. The brand Coop has organic blueberries = forest blueberries. I use one bag (ca. 200 g) for this pie.
Finnish Blueberry Pie


Selesai makan, kami ngobrol-ngobrol lagi. Obrolan mengalir begitu saja. Di ruang tamunya, ada kanvas besar yang dia buat sendiri dan dia lukis bersama anaknya. Kemudian dia tempel dengan berbagai macam hiasan, prestasi anaknya, foto-foto, serta impian-impian yang ingin dia capai ke depannya. Dia juga bercerita tentang kehidupan pribadinya. Tak ku sangka dia begitu terbuka padaku. Aku jadi merasa dihargai. Dia juga menunjukkan foto-foto dia saat liburan musim panas tahun lalu. Tak terasa waktu cepat berlalu. Akhirnya aku mohon undur diri sebelum gelap. Terimakasih untuk obrolan dan jamuan makan malamnya. Senang sekali bisa berteman baik dengan kamu. Semoga semua yang kamu cita-citakan dapat tercapai ya.
Heidi-Sham-Dwi



Wednesday 15 April 2015

Membuat tempe di akhir musim dingin Copenhagen

Berhubung penelitian saya mengambil sampel berupa tempe, saya pun penasaran untuk memcoba membuat tempe di negeri empat musim. Dengan kondisi alam yang jauh berbeda dengan di Indonesia, membuat suhu dan kelembaban artificial agar sesuai untuk pertumbuhan jamur pada tempe memerlukan beberap trik memang. Dengan bekal pernah belajar membuat tempe di sentra produsen tempe di Ngoto, laboratorium STPP Jogja, pembuat usar di Godean, dan belajar membuat tempe di Bumi Langit institut dari pengrajin tempe tradisional bernama Bu Inul dan Bu Cicil Tjah Dampit, serta pengalaman membuat inkubator di rumah untuk penelitian ketika skripsi S1, saya pikir saya bisa mencoba membuat tempe.

Thursday 2 April 2015

Heboh Nata de Coco menggunakan pupuk


Beberapa waktu terakhir ini masyarakat dihebohkan dengan berita tentang pabrik nata de coco di Sleman menggunakan pupuk. Lebih parahnya berita ini menyeret nama alamater dan institusi saya bekerja. Hohoho.. Jelas saya tidak bisa tinggal diam. Gatel rasanya. Ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi dari berita yang beredar di masyarakat:

  1. Prinsip, bahan kimia yang digunakan untuk pangan haruslah FOOD GRADE!
  2. Pupuk Urea berbeda dengan pupuk ZA
  3. Guna ZA dalam pertumbuhan bakteri
  4. Etymologi Nata de coco
  5. Analogi pupuk untuk tanaman : pupuk untuk bakteri tidak seimbang

Baik, akan saya bahas satu per satu.