Wednesday 24 August 2016

Teori Pembenaran: kenapa orang yang hidup sendiri cenderung menjadi gendut?

Makan adalah kebutuhan fitrah manusia. Makan ini merupakan sebuah proses budaya yang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya kondisi kontekstual. Variabel dari kondisi kontekstual ini diantaranya adalah lingkungan yang terdiri dari beberapa faktor seperti faktor fisik, budaya dan social, usaha untuk mendapatkan makanan, pilihan, kemudahan, lingkungan fisik, commensality/kebersamaan, dan pelayanan (Meisselman, 2008). Semua faktor ini mempengaruhi persepsi sesorang akan makanan, pemilihan makanan dan bagaimana seseorang menikmati makanannya. Namun saya tidak akan membahas satu per satu di sini. Saya akan mengulas efek betapa pentingnya kebersamaan. Karena manusia sejatinya adalah makhluk sosial. Jika manusia dewasa hidup sendiri, kemungkinan atau resiko dia menjadi gendut menjadi lebih besar. Mengapa? Karena…

1. Kemungkinan pertama dia akan banyak jajan atau makan di luar. Kelebihan dari makan di luar adalah kita tidak perlu repot-repot menyiapkan, memasak makanan dan mencuci piring. Semua sudah masuk dalam satu harga. Dengan membeli makanan, akan ada dorongan untuk menghabiskan satu porsi yang sudah kita pesan. Terkadang porsi ini sebenarnya bisa dihabiskan untuk satu setengah atau dua orang, namun atas nama tidak mau membuang makanan, maka seseorang seperti dipaksa untuk menghabiskan porsi tersebut. Kondisi ini diperparah dengan kemudahan dan kemurahan makanan  yang dijual.
Ini porsi sungguh besar untuk saya sendiri

2. Kemungkinan kedua dia masak. Masak untuk sendiri ini butuh motivasi yang cukup besar. Dan satu-satunya motivasi terbesar yang mampu membuat seseorang untuk memasak adalah pertimbangan ekonomi, misal hidup di luar negeri, maka makan di luar adalah opsi sesekali dan tidak dapat dilakukan tiga kali sehari. (kecuali kalo emang kerja dengan penghasilan yang sangat besar dan merasa tidak perlu menabung untuk level mimpi selanjutnya). Nah demi efisiensi waktu, biaya dan tenaga, maka biasanya memasak dilakukan dalam porsi besar. Teorinya memang stok makanan dibuat untuk dapat memenuhi kebutuhan selama seminggu atau lebih, namun kondisi penyimpanan (frezer yang kecil, misalnya) membuat kita bergantung pada kulkas. Dan makanan dalam kulkas memiliki waktu simpan yang lebih singkat dibanding di dalam freezer yang bisa menyimpan makanan dengan laju penurunan kualitas yang lebih lama dibanding di dalam kulkas. Siapa lagi yang akan menghabiskan makanan yang sudah dimasak dengan segala jerih payah tenaga dan pikiran itu? Ya tentu saja dia sendiri.
Sekali masak di akhir pekan untuk seminggu #kalap

3. Stress karena kesendirian. Hidup sendiri kadang membuat kita bosan, tertekan, dan yang pasti membuat kita tidak memiliki pengingat apa dan seberapa yang harus dimakan. Mungkin seseorang memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang makanan. Namun jika faktor emosi sudah datang, terkadang ya… yuk dada babay idealisme dan pengetahuan.. yuk mari kemari es krim, cokelat, snack pabrikan…
Food that make you happy :)
Well, the last...