Friday 10 February 2017

Zona nyaman

Aku akui memang mungkin aku terlihat seperti berada di dalam zona nyaman. Bagaimana tidak. Aku tidak direpoti harus mengurus rumah, suami dan anak. Semua sudah ada yang ngurus. Aku hanya harus fokus pada diri sendiri. Menikmati me time selama 3 tahun yang mungkin banyak diidam2kan banyak ibu-ibu yang tengah jungkir balik mengurus urusan rumah tangga yang ga pernah ada habisnya, urusan anak yang gak pernah ada ujungnya, dan urusan suami yang juga tak kalah minta diperhatikan. Semuanya prioritas. Dan aku bebas dari itu semua selama tiga tahun. TIGA TAHUN. Bukan waktu yang sebentar dan bukan waktu yang lama juga. Pertanyaannya, apa aku bahagia? Kenapa dalam keadaan seperti ini justru aku merasa tidak produktif? Aku justru jadi tambah malas. Aku gak fokus. Aku tidak semangat. Aku turun. Produktifitas turun, kecerdasan turun, parah parah parah. Dan tidak ada yang bisa menolongku selain diriku sendiri. Seharusnya aku bisa bangkit. Seharusnya aku bisa lebih produktif. Seharusnya aku menyibukkan diri dengan fokus pada diri sendiri untuk menyelesaikan permainan ini.

Orang bilang kita harus keluar dari zona nyaman kita. Tapi apakah kita sudah bahagia di zona nyaman? Jika kita tidak bahagia, seharusnya aku berusaha untuk segera keluar dari zona tidak bahagia ini. And now I AM SAD.