Thursday 31 August 2017

USA, I am coming (Boston)

Kesan pertama bertualang di benua Amerika

Yes! Alhamdulillahirabbi’alamiiin…. Akhirnya saya menapakkan kaki di benua Amerika juga. Benua ketiga yang kujelajahi ini dimulai dari Boston. Saya berangkat dari Copenhagen menuju Boston dengan transit di Amsterdam dan menempuh perjalanan total sekitar 8,5 jam. Setelah dari Boston di negara bagian Massecuchet, saya menuju ke Providence di Rhode Island, kemudian ke New York sebelum kembali ke Copenhagen.

Boston

Boston adalah ibukota dari Massachusetts. Di Boston, saya tinggal hanya sehari semalam saja. Saya tinggal di hostel yang letaknya ditengah Chinatown. Tiba di bandara Boston, sudah ada shuttle bus gratis menuju stasiun utama. Hostelku hanya berjarak 15 menit jalan kaki dari stasiun. Tiba di Hostel sudah jam 6 lewat. Daripada keburu malam, dan takut tempat makan pada tutup serta badanku yang masih jetlag (karena jam 6 sore di Boston berarti jam 12 malam waktu Copenhagen), maka saya segera pergi ke pop up restaurant milik Jeng Retno yang pernah ke Copenhagen dan kopi darat sama saya. Saya coba terong Banda karena saya belum pernah coba menu itu di Indonesia dan dia melakukan penelitian langsung ke Banda untuk bisa bikin terong Banda yang otentik. Rasanya memang luar biasa. Berasa makan steak vegetarian. Cakep banget. Setelah itu saya pesan mie gomak. Home made mie yang dipotong manual menyatakan teksturnya yang kenyal, ditambah dengan kuah kari khas Sumatra dan topping seafood yang berlimpah menyempurnakan makan malam ku. Setelah kenyang, saya pun segera pamit untuk pulang karena mata dan badan sudah tidak mampu dibendung lagi. Sampai hostel, saya langsung tidur.

Besok paginya, saya bangun awal, mandi, siap-siap untuk cek out, mampir sarapan gratis sesuai yang disediakan hostel, cek out dan langsung jalan kaki menuju stasiun untuk menitipkan bagasi sebelum jalan-jalan keliling Boston. Namun sesuatu terjadi. Tiba-tiba perutku perih luar biasa tak tertahankan. Sepertinya makanan ketika sarapan membuat perut saya tidak bahagia. Sampai stasiun, saya langsung cari promag di tas, tidak ketemu. Lalu saya ingat kalau saya masih punya satu kantong obat-obatan di tas yang saya simpan di dalam koper. Akhirnya mau tidak mau saya bongkar koper di stasiun. Setengah tablet saya minum dua kali tidak juga meredakan perihnya. Akhirnya saya konsultasi via whatsapp dengan temanku yang seorang dokter. Ternyata salah. Kalau minum obat itu harus sesuai dosis, karena kalau tidak sesuai dosis, efeknya jadi beda. Baiklah. Saya akan selalu minum full dosis kalau begitu. Tapi karena perihnya masih juga terasa, akhirnya saya disarankan minum paracetamol. Alhamdulillah setelah paracetamol, perihnya hilang dan saya mulai bisa jalan lagi. Akhirnya saya jalan menuju tempat-tempat wisata menarik di Boston antara lain: museum tea party, museum anak-anak, quiche market, state house. Setelah makan siang, saya ikut tur keliling Harvard yang diadakan oleh hostel. Setelah puas di Harvard, saya kembali ke stasiun, makan sore, kemudian naik kereta menuju Providence. Perjalanan kereta ke Providence dengan Amtrak hanya sekitar 40 menit saja. Jika naik kereta regional, bisa lebih murah dan hanya beda 20 menit saja. Namun tempat duduk kelas coach di Amtrak sangat luas. Jarak antar tempat duduknya pun sangat lebar bahkan untuk kaki dan koperku di depan kaki saja masih sisa. Luar biasa.
Mie Gomak ala Kaki Lima Boston

Koperasi Harvard University

Tea Museum

Old state house. Di dalamnya adalah satsiun metro. Terletak di shopping center

Lihat atraksi di depan Quincy Market

Di dalam gedung Faneuil Hall

Bagian dalam Quincy Market


Harvard library

Secara umum, Boston menyenangkan. Tidak terlalu ramai, namun juga tidak terlalu sepi.

Lesson learned:
1. Check both the company website and the agency websites, especially for accomodation. Normally the agency offer cheaper price, but in some other cases the company website offer better. Never take a general conclusion.